Tengahpekan ini tepatnya tanggal 21 November 2019, pameran mutiara-mutiara asli Indonesia yang dikemas dalam Indonesia Pearl Festival (IPF) 2019 akan dimul MenteriEdhy-Menteri Teten Ngobrol Santai Soal Sinergi KKP & Kemenkop UKM Okto Indonesian Pearl Festival 2016, Ajang Promosi dan Branding Mutiara Indonesia Tag Susi Pudjiastuti Indonesia Pearl Festival. LIFESTYLE Kenali, Cintai dan Miliki Mutiara Asli Indonesia. ira guslina | October 24, 2016 "Jangan sampai orang luar lebih mengenal mutiara asli Indonesia, dibanding penduduk Indonesia sendiri. " Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia *** Suara Bu Susi Pudjiastuti LombokSumbawa Pearl Festival 2011 lalu telah menghadirkan para buyers dari 36 negara dengan transaksi bernilai 90.000 dollar Amerika. Para buyers tersebut akan mengikuti lelang mutiara hasil pembudidayaan para petani mutiara dari berbagai daerah di tanah air seperti NTB, Maluku, Ternate, dan Papua. gAZSmKd. Pembaca yang lahir pada tahun 1980-an mungkin cukup akrab dengan seorang penyanyi yang dijuluki “mutiara dari Selatan“-nya Indonesia. Tapi, yang akan saya bicarakan di sini bukanlah mendiang Andi Meriem Mattalatta yang cantik dengan suara lembut menawan, dan pernah memanjakan telinga pirsawan Indonesia sepanjang dekade 80 hingga 90-an awal ;. Mutiara dari Selatan yang saya maksud adalah butir mutiara betulan dari Indonesia yang disebut dengan Indonesia South Sea Pearl, dihasilkan oleh kerang tiram laut yang dapat ditemukan di perairan laut lepas tropis hingga sedalam 80 meter. Andi Meriem Mattalatta yang dikenal sebagai biduan “Mutiara dari Selatan” pada akhir tahun 1980 dan awal tahun 1990-an. foto sumber Jika melihat mutiara, terutama yang sudah dipadupadankan dengan perhiasan emas seperti kalung, cincin, dan giwang, maka saya akan teringat dengan almarhumah ibu yang memang senang bersolek. Kalung-kalung dan perhiasan mutiara pernah singgah di beauty case beliau semasa masih hidup, dan terkadang saya suka mengamati aksesoris berharga tersebut. Meskipun almarhumah ibu telah memiliki kalung dan giwang bertahtakan mutiara sejak muda, namun hingga masa tuanya mutiara-mutiara tersebut masih utuh, seolah baru dibeli. Tidak ada goresan, warnanya tidak berubah–tetap putih bersinar padahal sering terkena semprotan parfum, dan selalu berkilau setiap kali terkena cahaya lampu atau pun sinar matahari. Sayang nya sebelum meninggal, berhubung kedua anak perempuannya termasuk saya tidak suka mengenakan perhiasan, maka mutiara-mutiara tersebut telah dijual untuk membiayai pengobatan beliau. Jadi saya tidak punya catatan mengenai perhiasan mutiara yang pernah dimilikinya. Pinctada Maxima Mutiara Laut Selatan’ sungguhan dari Indonesia Saya baru ngeh bahwa perhiasan mutiara yang pernah dikenakan almarhumah ibu bisa jadi merupakan mutiara produksi asli Indonesia, setelah mendapat sedikit wejangan saat acara sosialisasi pra-event 6th Indonesian Pearl Festival 2016 tanggal 13 Oktober 2016 kemarin. Memang, sih, saya juga pernah melihat perhiasan dan hiasan untuk dekorasi rumah yang terbuat dari campuran tiram mutiara pada acara bazar internasional di Paris sekitar enam tahun lalu. Waktu itu, saya bertugas sebagai interpreter untuk stand pedagang Indonesia, yang menjual berbagai produk khas Indonesia. Termasuk di antaranya adalah pedagang perhiasan emas putih, pedagang aksesoris mutiara dan penjual berbagai dekorasi rumah tangga dari kerang tiram mutiara. Namun, setelah dijelaskan mengenai ciri khas mutiara yang dihasilkan dari species kerang tiram Pinctada maxima biasanya berwarna putih kekuningan atau perak dan berhubung ibu saya tidak pernah punya mutiara dengan warna selain itu, maka kemungkinan besar perhiasan mutiara yang pernah dimiliki almarhumah ibu adalah mutiara asli Indonesia. Lapisan cangkang pada spesies Pinctada maxima,tiram penghasil Mutiara Laut Selatan. foto Spesies ini menghasilkan Mutiara Laut Selatan yang mempunyai kemilau terang serta jernih. Pada bibir Pinctada maxima terdapat warna putih keperakan atau emas, maka ada yang disebut gold lipped-oyster dan silver lipped oyster, dengan bobot tubuh kerang mencapai hingga 6,3 kilogram dan besar cangkangnya antara 20 sampai dengan 30 cm. Sementara, bobot mutiara Laut Selatan sendiri bervariasi tergantung ukurannya. Ukuran terkecil, disebut Baby South Sea Pearl, antara 8 hingga 9 milimeter, sedangkan yang terbesar bisa mencapai 20 mm. Mutiara Laut Selatan yang lazim ditemukan berwarna putih keperakan atau emas. foto sumber dokumen Kemenperindag Beberapa sumber menyebutkan pamor Mutiara Laut Selatan sempat naik daun pada era Ratu Victoria di tahun 1800-an terutama di Eropa, apalagi saat itu mutiara dihasilkan secara alami dari kerang tiram Pinctada maxima dan bukan dari hasil pembibitan. Mutiara Laut Selatan digemari oleh kalangan ningrat karena lapisan kulit pembungkusnya yang tebal, menghasilkan kilau yang berbeda dari mutiara kebanyakan, serta konon warnanya dapat berubah-ubah sesuai cahaya yang meneranginya. Warna yang sering kali dipantulkan dari kemilau cahaya Mutiara Laut Selatan bisa putih keperakan atau keemasan, tapi bisa juga berubah menjadi lebih pinkish merah muda, bahkan bisa agak kebiru-biruan. Bagan pembagian warna-warna yang terdapat pada kilau Mutiara Laut Selatan. sumber bahan materi lomba blog, Usaha Budidaya Mutiara Indonesia. Habitat Pinctada maxima terletak di sepanjang laut dalam beriklim tropis mulai dari Myanmar, Thailand, Indonesia, hingga ke Filipina dan pantai utara Australia. Perairan Indonesia, terutama di Maluku, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua, merupakan habitat terbaik spesies tiram ini karena kemurnian airnya menjadi lingkungan berkembang biak yang baik untuk menghasilkan mutiara berkualitas tinggi. Karena kualitas yang tinggi itulah, selain warna putih keperakan, emas, dan pinkish, mutiara Laut Selatan paling sempurna adalah Imperial Gold Pearl. Mutiara jenis ini hanya bisa dihasilkan oleh tiram mutiara di perairan Indonesia yang masih murni pristine water, disebut-sebut sebagai Ratu Mutiara Laut Selatan. Imperial Gold Pearl, Ratu-nya Mutiara Laut Selatan yang berwarna keemasan, disebut sebagai mutiara berkualitas paling tinggi di antara mutiara lainnya. foto dokumen Kemenperindag Proses Terjadinya Mutiara Mutiara terbentuk secara alami sebagai reaksi atas proses pertahanan diri kerang tiram menghadapi benda asing yang masuk ke dalam cangkangnya. Sebagai hewan bertubuh lunak bivalve mollusk atau moluska berkulit ganda, kerang tiram mempunyai kulit yang melindungi sekujur tubuhnya dari bahan yang sangat keras dan berfungsi sebagai rumah’-nya. Benda asing yang masuk ini bisa berupa plankton, ikan kecil, pasir atau hewan parasit. Kerang tiram lalu akan bereaksi dengan mengeluarkan cairan sekresi berwarna kecoklatan yang disebut conchiolin. Cairan ini mengandung zat protein berserat yang akan menjadi lapisan bagian dalam dari cangkang atau kulit kerang tiram. Setelah itu, benda asing tadi yang telah disemprot cairan conchiolin akan diselimuti oleh zat yang lebih keras disebut nacre baca neker secara berlapis-lapis, direkatkan oleh sekresi conchiolin antara satu lapisan dengan lapisan yang lain membentuk ribuan lapisan nacre sehingga membentuk satu butir mutiara padat. Lapisan nacre terbuat dari bahan kristal aragonit, yang mengandung unsur kalsium karbonat CaCO3, menjadikan mutiara bersifat padat serta keras. Kita bayangkan sendiri tulang kita yang tidak mudah patah apabila rutin mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan kalsium. Begitu pula dengan sifat kristal yang tidak mudah hancur kecuali disinari dengan api pijar yang sangat panas > 1000 derajat Celcius. Kristal aragonit ini tersusun secara simetris pada setiap lapisannya, sehingga menciptakan efek prismatik atau berkilau pada saat terkena cahaya. Butir mutiara yang terbentuk dalam sebuah kerang tiram tidak akan sama dengan mutiara lainnya karena terbentuk melalui proses biologis yang melibatkan berbagai zat kimia alami. Oleh sebab itu, bahasa Latin untuk mutiara adalah margarita, yang artinya unik. Kualitas mutiara tergantung pada makanan untuk kerang tiram, air laut sebagai habitatnya apakah cukup oksigen atau tidak, lalu arus pada air laut itu sendiri apakah cukup kencang atau tidak, dan sebagainya. Berhubung kuantitas Mutiara Laut Selatan yang alami sudah semakin sedikit akibat polusi, degradasi lingkungan dan faktor regresif lainnya, maka Mutiara Laut Selatan yang kini banyak ditemukan sebagian besar merupakan mutiara hasil pembibitan budidaya. Pada video ini dapat kita saksikan proses terbentuknya mutiara secara alami video dalam bahasa Inggris, ya 😉 , tapi maknanya kurang lebih sama seperti yang saya jelaskan di atas Mutiara Budidaya dan Produksinya Meskipun kini sudah semakin banyak mutiara yang dihasilkan dari program pembibitan atau budidaya, tetap saja dalam proses pembuatan mutiara harus melibatkan tubuh si tiram, karena hanya tiram itulah yang mampu memproduksi zat-zat yang diperlukan dalam kadar yang cukup untuk membentuk sebutir mutiara. Itulah kekuasaan Tuhan dan misteri alam semesta yang mana manusia belum mampu menciptakan mutiara di luar tubuh si tiram . Proses budidaya mutiara dimulai sejak insersi nukleus ke dalam tubuh tiram dewasa hingga panen terbentuknya mutiara memakan waktu 6 24 bulan. sumber dokumen Kemenperindag Jika dalam proses pembuatan mutiara alami, benda asing yang menginvasi tubuh tiram datang dengan sendirinya, maka untuk mutiara budidaya, campur tangan manusia terletak pada proses insersi si benda asing dari kulit tiram itu sendiri. Benda asing yang dimasukkan juga tidak bisa sembarangan, melainkan berupa nukleus mutiara dan lapisan jaringan lunak dari tubuh si tiram. Proses pembentukan benda asing yang dimasukkan tersebut hingga menjadi mutiara memakan waktu 6 bulan hingga 2 tahun. Untuk lebih jelasnya, yuk kita simak video penjelasan di bawah ini Teknik ini ditemukan oleh seorang peneliti Jepang bernama Kokichi Mikimoto pada akhir tahun 1800-an. Teknik ini lalu dipatenkan pada tahun 1916, dan bisa diterapkan baik di air asin maupun air tawar. Orang-orang Jepang pun mulai tertarik untuk berinvestasi mutiara budidaya di Indonesia, terutama di Maluku, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Lombok dan Lampung. Maka itu masih banyak yang mengira, bahkan orang Indonesia juga, bahwa mutiara merupakan produk dari Jepang. Padahal, kenyataannya mutiara-mutiara dibeli dengan sangat murah oleh para pedagang asing langsung di tempat ternak budidaya lalu dijual kembali di negaranya dengan harga tinggi. Lokasi pengembangan tiram Pinctada maxima penghasil South Sea Pearl di Indonesia. sumber dokumen KKP Harga mutiara ditentukan oleh lima ciri yang dimiliki mutiara tersebut, yaitu Ukuran butir mutiara Warna mutiara Bentuknya apakah oval, bulat, trapesium, dll Kilau yang dihasilkan, sering disebut luster Ada bintik atau tidak Kelima ciri ini akan menentukan mutu produk sebutir mutiara yang dikategorikan ke dalam empat kelas, yaitu Kelas Top Quality tanpa bintik dan kilaunya bersinar/high luster, Kelas A sedikit bintik nyaris tidak ada, dan high luster, Kelas B bintik sedikit saja, high luster, dan Kelas C bintik banyak, high atau medium luster Kelas atau grade mutiara yang menentukan mutu dan harga produknya. sumber dokumen KKP Berdasarkan literatur yang saya baca, harga mutiara South Sea Pearls untuk Kelas A berkisar antara Rp 3 juta sampai dengan Rp 10 juta, tergantung disain perhiasan yang digunakan. Sementara mutiara kelas C, disebut mutiara low-grade, harganya bisa ditekan hingga sekitar Rp 200 ribu saja. Dukungan Pemerintah Terhadap Bisnis Mutiara di Indonesia Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Kabinet Kerja yang ditunjuk oleh Presiden Jokowi, yaitu Ibu Susi Pudijastuti, menegaskan bahwa bisnis di sektor mutiara merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini berdasarkan fakta bahwa bisnis berdagang mutiara mengalami angka pertumbuhan yang terus meningkat, dengan nilai perdagangan mencapai 31,2 juta USD pada tahun 2015. Nilai ekspor mutiara South Sea Pearl dari Indonesia paling banyak ke Jepang. sumber data dokumen Kemenperindag. Negara tujuan utama ekspor Mutiara Laut Selatan dari Indonesia yaitu adalah Jepang untuk mutiara alami dan hasil budidaya, disusul Australia dan Hong Kong. Daerah-daerah penghasil mutiara yang menjadi sumber ekspor antara lain dari provinsi Bali dan DKI Jakarta, disusul Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua. Sementara itu, permintaan pasar dunia akan mutiara lebih banyak yang berminat pada produk mutiara hasil budidaya dengan nilai perdagangan yang ditaksir mencapai 3 juta USD pada kurun waktu 2001 hingga 2005. Permintaan pasar dunia terhadap ekspor mutiara, terutama mutiara hasil pembibitan budidaya dengan taksiran nilai perdagangan mencapai 3 juta USD. sumber dokumen Kemenperindag Namun, yang perlu ditekankan tentunya dari sektor ini adalah semakin banyak tenaga kerja Indonesia yang terserap, baik itu tenaga ahli maupun para pembudidaya. Untuk itu, demi membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi para pengusaha Indonesia dan investor asing untuk saling membangun relasi bisnis mutiara, Indonesia akan mengadakan lagi Festival Mutiara Indonesia, 6th Indonesian Pearl Festival 2016, pada tanggal 9 hingga 13 November 2016 yang akan datang di Jakarta. Baca tulisan saya yang ini Sosialisasi Indonesian Pearl Festival 2016. Produksi mutiara South Sea Pearls dari Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, jauh mengungguli Australia. sumber dokumen Kemenperindag Maka itu, belilah mutiara Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia merupakan negara penghasil South Sea Pearl terbesar di dunia. Mari kita perkenalkan dengan bangga kepada dunia bahwa Indonesia merupakan habitat alami yang sangat cocok bagi pembudidayaan Mutiara Laut Selatan, atau South Sea Pearl, yang dihasilkan melalui kerang Pinctada maxima, dan bukan dari Australia atau Jepang seperti yang selama ini sering kita dengar dari media luar negeri. Seperti yang dikatakan Ibu Susi dalam acara sosialisasi di Gedung Mina Bahari III, “Buy Indonesian pearl. Katanya Indonesian pearl salah satu yang terbaik di dunia. Saya tahu ini malah dari orang Amerika. Kalau bagus, semua orang pasti akan kenal,” tandasnya. *** Referensi bacaan Miris, Masa Depan Mutiara Terbaik dari Indonesia Menteri Susi Anjurkan Masyarakat Beli Mutiara Asli Indonesia Harga Mutiara Pasaran Dunia, Semakin Naik Tahun Depan Dokumen KKP dan Kemenperindag Indonesian South Sea Pearl ISSP, yang merupakan mutiara asli Indonesia harus lebih diperkenalkan kepada peminat mutiara dunia. JIka sudah dikenal dan mendunia, maka akan menjadi komoditi yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan komoditas mutiara laut selatan yang sudah dikembangkan masyarakat akan menjadi sumber ekonomi baru di tanah air. “Saya yakin jika dikenalkan lebih lagi, dunia akan mengenal Indonesian sebagai penghasil south sea pearl. Ini PR kita bersama, PR KKP, stakeholder, asosiasi, dan para desainer mutiara,” tutur Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, saat membuka pemeran Indonesian Pearl Festival IPF di Jakarta, beberapa waktu lalu. Susi berharap, ISSP dapat mendunia dan lebih dicintai masyarakat dunia dan menjadi kebanggaan dan sumber ekonomi baru di Indonesi. Mutiara asli Indonesia ini memiliki potensi yang bagus untuk pasar dunia. “Karena itu saya minta para desainer mutiara untuk menampilkan desain yang mengikuti zaman dan kreatif. Desain yang mengikuti zaman dan yang kreatif akan membuat lebih banyak orang mengenal dan mencintai mutiara,” kata Susi. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan PDSP KP Nilanto Perbowo mengharapkan agar penyelengaraan acara IPF 2016 yang berlangsung selama lima hari ke depan dapat memberikan edukasi langsung kepada masyarakat mengenai ISSP. “Kami harapkan perdagangan mutiara yang besar bisa diadakan secara rutin di Indonesia. Kami berharap IPF mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsa Indonesia," kata Nilanto. Nilanto mengatakan, Indonesian Pearl Festival IPF 2016 diselenggarakan pada 9-13 November 2016 di Lippo Mall Kemang, Jakarta bertujuan memperkenalkan ISSP yang menjadi komoditi potensial baik di pasar domestik maupun internasional. Mutiara asli Indonesia tersebut diharapkan bisa menguasai pasar dunia. Idt Mutiara sejak dulu menjadi primadona. Tapi tahukah kita bahwa produksi mutiara terbesar dan terindah berasal dari perairan Indonesia? Yuk, kenal lebih jauh dengan Indonesian South Sea Pearls! Pasar dunia saat ini didominasi empat tipe mutiara, yaitu Mutiara Air Tawar Fresh Water Pearls yang banyak diproduksi di China; Mutiara Akoya dari perairan Jepang dan China; Mutiara Tahiti yang berwarna hitam Tahitian Pearls dan South Sea Pearls atau Mutiara Laut Selatan. South Sea Pearls merupakan tipe mutiara besar yang indah dan langka. Mutiara ini dihasilkan oleh tiram mutiara raksasa, Pinctada maxima, yang hidup di Samudera Hindia yang hangat. Habitatnya membentang dari perairan Barat Laut Australia, perairan Nusa Tenggara, perairan Sulawesi dan Papua, terus ke Utara hingga perairan Filipina dan Myanmar. Tak heran, produsen South Sea Pearls di dunia internasional adalah Indonesia, Australia dan Filipina. Pinctada maxima, Si Penghasil South Sea Pearls Indonesian South Sea Pearls. Sumber Halaman Indonesian Pearl Festival 2016 di facebook. Tiram raksasa ini rentan terhadap penyakit dan stres sehingga hanya bisa hidup di perairan yang terjaga kelestariannya. Jika alam dirusak, tiram ini enggan menghasilkan mutiara. Alangkah ruginya kita bila hal seburuk itu terjadi. Dulunya tiram raksasa ini dipanen secara alami yaitu dengan cara diburu langsung di lautan oleh penyelam-penyelam yang luar biasa kuat dan hebat. Tak jarang perburuan ini mengorbankan nyawa para penyelam. Sudah tentu hasilnya merupakan mutiara paling alami dan mengagumkan serta mahal harganya. Kini, Indonesian South Sea Pearls lebih banyak dihasilkan dari pembubidayaan tiram raksasa. Tidak lagi bergantung semata pada produksi alami, namun dengan rekayasa berupa penanaman nucleus ke dalam tubuh tiram. Nucleus yang dimasukkan berupa potongan kecil mantel dan lapisan dalam cangkang tiram donor. Potongan ini akan dibalut oleh tiram dengan cairan sekresi, yang terdiri dari kalsium karbonat, selapis demi selapis hingga membentuk butiran mutiara. Tujuan tiram melapisi nucleus tadi sebenarnya adalah untuk melindungi dirinya yang berupa daging lembut, agar tidak terluka oleh benda asing. Menilai Kualitas Indonesian South Sea Pearls Indonesian South Sea Pearls dikenal karena ukuran dan warnanya yang indah. Ukurannya lebih besar dari tipe mutiara yang lain dengan opalescence keovalan bernada tenang calm. Selain warnanya yang putih perak dan krem keemasan, Indonesian South Sea Pearls juga dihiasi dengan tone warna merah muda, biru dan hijau. Wow...cantik sekali pastinya, ya? Mutiara yang berkualitas tinggi dinilai dari enam aspek, yakni nacre, luster, surface, shape, color dan size. Nacre adalah lapisan yang membentuk mutiara. Makin tebal nacre, makin bagus kualitas mutiara. Luster adalah ukuran kualitas dan kuantitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mutiara. Luster yang baik adalah yang tajam dan terang. Artinya kita dapat melihat pantulan diri yang jelas saat melihat mutiara dari dekat. Jika mutiara memantulkan bayangan yang keruh atau buram, berarti luster-nya kurang baik. Surface mencerminkan kondisi permukaan mutiara yang tak bernoda dan tak ada retakan. Meskipun tak ada mutiara yang 100% flawless tanpa noda, namun disepakati bahwa ada mutiara dengan kilau sempurna. Shape atau bentuk. Makin bulat sempurna, makin bagus. Namun mutiara dengan bentuk tak bulat sempurna baroque dan semi-baroque pun memiliki pesona tersendiri. Color atau warna. Ini berkenaan dengan selera. Konon orang Eropa lebih menyukai mutiara berwarna putih. Kalau saya pribadi tertarik dengan mutiara keemasan. Size atau ukuran. Makin besar makin bagus. Ukuran dihitung dengan satuan milimeter pada diameter mutiara. South Sea Pearls terbesar yang pernah ada berdiameter 20 mm 2 cm. Sedangkan ukuran diameter yang umum berada di pasaran berkisar pada 6,5 - 7,0 mm. Butuh waktu selama 2-4 tahun untuk memproduksi satu butir mutiara. Pantas saja jika harga mutiara yang sempurna itu sangat mahal. Tantangan yang Dihadapi Indonesian South Sea Pearls Di negara tercinta ini tercatat ada 12 propinsi yang menjadi lokasi pembudidayaan, yakni Sumatera Barat, Lampung, Bali, NTB, NTT, Papua Barat di wilayah perairan Raja Ampat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara dan Maluku. Lokasi pembudidayaan Pinctada maxima di Indonesia. Sumber Halaman Indonesian South Sea Pearls di facebook. Sekitat 70% South Sea Pearls yang beredar di pasaran perdagangan internasional sebetulnya berasal dari Indonesia. Sayangnya, banyak yang dibajak di luar negeri dengan cara diberi brand lain, sehingga tidak tercatat sebagai Indonesian South Sea Pearls. Hmmm...lagi-lagi kekayaan kita diatasnamakan milik orang lain. Sedih, ya? Inilah tantangan Indonesian South Sea Pearls di dunia internasional. Tantangan di dalam negeri justru datang dari citra Indonesian South Sea Pearls sendiri sebagai barang mewah dan mahal. Masyarakat Indonesia masih lebih menyukai mengoleksi perhiasan yang berasal dari batu-batuan daripada mutiara. Tantangan berikutnya adalah masuknya mutiara imitasi dari China yang harganya jauh lebih murah daripada Indonesian South Sea Pearls. Edukasi dan penyampaian informasi secara lebih luas, khususnya melalui media sosial, rasanya mendesak untuk dilakukan. Kegiatan offline seperti Indonesian Pearl Festival 2016 pun layak untuk diselenggarakan secara terus-menerus Kita bersyukur, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang merupakan salah satu pusat pembudidayaan dan pasar mutiara, telah dibangun Rumah Mutiara Indonesia. Rumah Mutiara semacam ini hanya ada di beberapa tempat saja di dunia, yakni di Australia, Hong Kong China, Filipina dan Jepang. Rumah Mutiara Indonesia adalah sebuah tempat bagi bertemunya pedagang dengan pembeli, tempat edukasi mengenai permutiaraan, serta diharapkan dapat menjadi balai lelang mutiara. Sebuah proyek milik Kementerian Kelautan dan Perikanan yang besar dan berharga. Diharapkan, Rumah Mutiara Indonesia yang letaknya berdekatan dengan Bandara Internasional Lombok ini dapat melaksanakan perannya dengan baik. Potensi Indonesian South Sea Pearls Potensi Indonesian South Sea Pearls sungguh besar. Integrasi dari hulu ke hilir sangat penting dilaksanakan segenap pelaku pasar. Ditetapkannya SNI untuk mutiara merupakan salah satu langkah strategis untuk mencapainya. Masa depan cerah bagi Indonesia South Sea Pearls bukan hal yang mustahil. Namun cepat-lambatnya tergantung pada kemauan dan kemampuan kita sendiri. Bahan bacaan

indonesia pearl festival 2016